Langsung ke konten utama

Postingan

Dorongan Sayang Para Bunda Yatim

Postingan terbaru

Pamit ke KH. Soleh Darat

Tawassul : Gus Much dan Kang Abdurrahman membaca tahlil untuk almukarrom KH. Soleh Darat Much bersama tim, mengunjungi ke pemakaman umum Bergota. Tujuannya ziarah ke makam KH. Soleh Darat. Mengacu kepada sejarah, ternyata Mbah Soleh Darat, sapaan akrab di telinga warga Semarang, semasa hidupnya mengasuh pondok pesantren yang terletak di Semarang Utara, kampung Darat, Kelurahan Dadapsari. Diajak oleh Kang Abdurrahman, Much dipandu ke makam Mbah Soleh Darat. Walau hari sudah malam dan cuaca berangin, tidak menghalangi niat untuk sowan dengan seorang ulama kharismatik dan legendaris yang sezaman dengan Imam Nawawi al-Bantani ini. Menurut kepercayaan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah an-Nahdliyah , orang alim dan soleh yang meninggal dunia sebenarnya tidak mati. Oleh karenanya, KH. Soleh Darat dapat dikatakan hidup secara rohani dan dekat dengan Allah. Apalagi semasa hidupnya Mbah Soleh Darat berjuang mensyiarkan Islam di pesisir utara Jawa. Maka, ziarah dan bertawassul kepada Mbah So

Pesan Mbah Saliyun; Jangan Lupa Membaca

Rendah Hati: (dari kiri) Mbah Saliyun, Gus Much, dan Pak Arif Walau rambutnya sudah beruban dan kulitnya berkeriput tapi beliau senang dan bersemangat menceritakan kisah perjalanannya sebagai seorang pegawai negeri yang merangkap wartawan. Dari situ beliau penah mengeliling Indonesia. "Dulu saya aktif jadi wartawan di Suara Merdeka sampai tahun 1984, liputan saya terakhir. Pada waktu itu saya sempat meliput Muktamar NU di Situbondo yang hasilnya menegaskan NU kembali ke Khittah 1926 sebagai organisasi kemasyarakatan dan keagamaan" jelasnya. Beliau adalah H. Saliyun Mochammad Amir, atau disapa Mbah Saliyun, merupakan salah satu tokoh sepuh NU di Kota Semarang. Beliau mengaku, dari aktifitasnya sebagai wartawan ia berjodoh dengan NU. Walau Mbah Saliyun sendiri juga seorang alumni pesantren sebagai basis NU, tapi di pesantren kadang tidak dikenalkan apa itu NU. Ketika Much didampingi Kang Ali Sidqon, Ketua Ansor Semarang Timur, sowan ke kediaman Mbah Saliyun. Ia bany

Jadi Tombo Kangen Warga Tambak Rejo

Warga RW 16 Kelurahan Tanjungmas, Semarang Utara, menyimpan rasa rindu terhadap almarhum KH. Syarif Hidayatullah. Seorang dai kondang yang banyak dikenal warga Semarang. Pada momen istighosah rutin yang digilir per-RT rasa rindu tersebut terobati. Hal itu, lantaran putra almarhum KH. Syarif Hidayatullah, yaitu Much. Taufiqillah Al Mufti atau disapa Much memberi mau'idloh hasanah pada Jam'iyyatul 'Amm atau jamaah pengajian RW 16 Kelurahan Tanjungmas, Semarang Utara. Sebagian warga, setelah selesai pengajian, mengungkapkan, bahwa pidato Much mirip dengan ayahnya. Kalem dan mengena sasaran. Saat itu, Much memang menyinggung fenomena keagamaan selama ini yang mengarah ke fundamental sehingga menelurkan perilaku intoleran dan ujaran kebencian. Salah satu materi yang menjadi bahan pidato Much adalah cerita seseorang muslim di zaman Khulafaur Rosyidin yang mengaku: menjauhi rahmat Allah, benci terhadap yang haq, dan mempunyai yang tidak dipunyai Allah. Saat itu, kek

GP Ansor: dari Ngaji, hingga Pertempuran 10 November 1945

Gerakan Pemuda Ansor selalu mengambil peran dalam peristiwa-peristiwa bersejarah di Republik Indonesia, salah satunya dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang penuh emosi itu. Banyak yang tidak tahu bahwa salah seorang perobek bendera Tri-Warna di Hotel Oranye bernama Cak Asy'ari yang notabene adalah ANO (Ansor Nahdlatul Oelama). Ketidaktahuan tersebut karena sedari sekolah kita diberi pelajaran sejarah yang tidak utuh. Ada serpihan-serpihan peristiwa, tokoh, kelompok yang tidak terekam dan dijelaskan kepada siswa. Bahwa jihad GP Ansor mempertahankan tanah air sudah ada sejak sebelum republik ini berdiri. GP Ansor berdiri pada tahun 1934 sebagai hasil Muktamar NU ke-IX di Banyuwangi. Dalam sebuah pertemuan GP Ansor pada tahun 1949 di kantor PB ANO Jl. Bubutan VI/2 Surabaya, KH A. Wahid Hasyim, Menteri Agama RIS saat itu, hadir dan mengemukakan pentingnya dan tujuan berdirinya sebuah organisasi kepemudaan NU untuk: membentengi (mendukung) perjuangan umat I

Betapa Pentingnya Peran Pemuda

Di luar pemuda sebagai aset bangsa, pemuda merupakan ruh dari pada bangsa itu sendiri. Dalam diri pemuda terdapat potensi yang dapat menjadi motor penggerak perubahan. Pemikiran yang jernih, segar dan kreatif serta ditunjang fisik yang masih prima, pemuda acap menjadi pandu sekaligus pendobrak di saat-saat terjadi kebuntuan. Yaitu dead lock dalam suatu permasalahan, baik di tingkat lokal hingga regional. Hal itu terbukti. Pada saat bangsa kita dikebiri oleh penjajah Belanda, pemuda dengan gagah berani menghadapi segala ancaman dan resiko - kemungkinan mati muda - untuk lantang bersuara menyatakan pikirannya di Kongres Pemuda II. Mereka pemuda-pemuda dari berbagai latar belakang suku dan agama. Di tengah kemungkinan pembubaran kongres oleh pemerintah Hindia-Belanda, para pemuda bergeming dan bersama-sama menyatakan sumpahnya. "Kami poetra dan poetri Indonesia bertoempah darah yang satoe, tanah Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe, bang